Friday, December 10, 2010

5600 Jokes For All Occasions

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com


"Narcoleptic."
Julukan majalah The Economist untuk Gus Dur.

Itu terkait kebiasaan Gus Dur yang nampak tertidur dalam suatu acara, tetapi begitu terbangun dirinya mampu menjawab secara tajam segala hal-ihwal yang ditanyakan para wartawan.

Paparan di atas tercakup dalam tulisan obituari majalah tersebut, yang ditulis setahun lalu itu. Tulisan itu membuat saya sadar betapa sangat sedikit yang telah saya ketahui tentang Gus Dur.

Kesadaran tersebut meruyak ketika saya memperoleh SMS (9/12/2010) dari Yogyakarta. Dari pengirim yang tidak saya kenal.

Nama pengirimnya : Sudaryanto. Mahasiswa S-2 Universitas Negeri Yogyakarta. Rupanya ia menemukan blog saya ini. "Kebetulan saya sedang menulis tesis tentang wacana humor Gus Dur. Kapan-kapan saya silaturahmi dengan panjenengan," tulisnya.

Saya terenyak.

Rasanya tidak banyak yang saya ketahui dari humor-humor Gus Dur. Saya hanya langsung teringat peristiwa yang terjadi pada tahun 1986. Tidak bosan saya selalu mengulang cerita ini, ketika memergokinya di toko buku Gramedia Blok M, tepatnya tanggal 25 Oktober 1986. Saat itu Gus Dur memberi saya sebuah riddle, teka-teki, cangkriman yang menjurus.

Di halaman dalam buku karya Mildred Meiers dan Jack Knapp, 5600 Jokes For All Occasions : Over 550 Subjects to Help You Entertain, Insult, and Amuse Any Audience (1980, foto di bawah), buku yang saya beli saat itu, saya tuliskan cangkriman Gus Dur tersebut :

"Rambut wanita MANA yang paling lebat, paling hitam dan paling keriting ?" Itu tanya Gus Dur kepada saya.

Saya langsung tergelak. Sekaligus wajah saya pasti nampak bodoh, karena saat itu saya memang tidak tahu apa jawaban yang pasti. Syukurlah Gus Dur segera menimpali :

"Rambut wanita Papua Nugini."

Saya kembali tergelak. Kini lebih keras. Beberapa pasang mata langsung nampak mencereng ke arah saya. Saya tak peduli. Sebelum berpisah, saat itu Gus Dur masih juga memberikan teka-teki dan misteri kepada saya. Melalui ujaran : "Hanya kita-kita saja yang masih waras."

Teka-teki ini baru saya ketahui maknanya belasan tahun kemudian. Jawaban dari teka-teki itu, kini menjadi bagian dari isi buku saya yang baru terbit, Komedikus Erektus : Dagelan Republik Kacau Balau (Etera Imania, 2010).

Sibuk memoles citra. Isi artikel obituari majalah bisnis Inggris ternama itu juga menampilkan cerita tentang kewarasan beliau sebagai insan. Waras yang ia maksudkan adalah keberanian dan ketulusan untuk menunjukkan, dan bahkan melucukan kekurangan dirinya sendiri.

Benar-benar sebuah kualitas keluhuran yang langka ditemui di antara pemimpin-pemimpin kita masa kini. Karena mereka selalu nampak sibuk mempraktekkan strategi kehumasan untuk memoles diri, agar selalu tampil kinclong dan sempurna di muka rakyatnya.

Kewarasan Gus Dur itu tegas mencuat dan menginspirasi ketika dirinya dipaksa lengser dari kursi kepresidenan di tahun 2001. Saat ditanya wartawan apakah hal itu akan disesalinya, dengan enteng Gus Dur menjawab : "Sama sekali tidak. Saya lebih menyesal ketika saya kehilangan 27 rekaman Simfoni Kesembilan dari Beethoven."

Bahkan begitu lengser Gus Dur segera memberi kabar kepada para wartawan : "Mulai esok, saya akan menceritakan lelucon-lelucon lagi."

Presiden RI ke-4 yang oleh Bill Clinton dijuluki sebagai presiden paling lucu di dunia itu meninggal dunia dalam usia 69 tahun.
Tanggal 30 Desember 2009.

Delapan tahun sebelumnya, 30 Desember 2001, pelawak Dono Warkop, juga meninggalkan kita untuk selama-lamanya.

Adakah kesamaan tanggal meninggal ini hanya sebagai suatu kebetulan belaka ?

Bagi saya, hal itu ternyata mampu menerbitkan gagasan. Bahwa untuk mengenang keduanya, dan demi menunjang kemajuan dunia humor Indonesia sebagai pilar penjaga kewarasan nurani bangsa, bersama ini dengan rendah hati mengusulkan agar tanggal 30 Desember diproklamasikan oleh para pencinta humor Indonesia sebagai hari bersejarah.

Hari Humor Nasional.
Atau Hari Humor Indonesia.

Dengan harapan, di momen tersebut makna luhur humor bagi kemanusiaan dapat kita kemukakan, kita rayakan, juga kita reguki. Sambil merujuk beberapa ucapan bernas berikut ini tentang humor, maka kita semoga semakin yakin betapa humor pantas sekali sebagai harta jiwa yang senantiasa kita perjuangkan sebagai bekal bangsa Indonesia dalam mengarungi peradaban.

"Humor is mankind's greatest blessing."
Humor merupakan rahmat terbesar bagi kemanusiaan.
- Mark Twain

"If I had no sense of humor, I would long ago have committed suicide." Apabila saya tidak memiliki sense of humor maka saya telah melakukan bunuh diri pada waktu yang telah lalu.
- Mohandas Gandhi

"Humor is something that thrives between man's aspirations and his limitations. There is more logic in humor than in anything else. Because, you see, humor is truth. "
Humor merupakan sesuatu yang tumbuh subur di antara aspirasi manusia dan keterbatasannya. Terdapat lebih banyak logika pada humor dibanding hal-hal lainnya. Karena seperti Anda tahu, humor adalah kebenaran.
- Victor Borge

"When humor goes, there goes civilization."
Ketika humor lenyap, lenyap juga peradaban.
- Erma Bombeck

"You can turn painful situations around through laughter. If you can find humor in anything, even poverty, you can survive it."
Anda mampu mengubah keadaan yang penuh penderitaan dengan humor. Apabila Anda mampu menghumori segala hal, bahkan kemiskinan, Anda akan mampu bertahan.
- Bill Cosby


Terlebih lagi momen yang mendekati tutup tahun itu merupakan waktu yang tepat bagi warga bangsa ini untuk berefleksi. Untuk menyadari kekurangan-kekurangan diri sendiri.

Dan kemudian bersepakat menancapkan tekad untuk berbuat yang lebih baik di tahun depan yang siap dijelang.


Wonogiri, 10 Desember 2010