Saturday, March 17, 2012

Kala 1965 : Kala Batara Kala Mencaplok Indonesia

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com


Membaca novel Candik Ala 1965-nya Tinuk Yampolsky membuat saya ekstra sibuk :-).

Karena merasa pernah tinggal di satu kampung yang sama, di Baluwarti Solo, dan juga kenal penulisnya, saat baca selalu timbul godaan untuk menerka-nerka.

Misalnya, rumah "Eyang Behi" yang mana ya ? Jangan-jangan ini halaman rumah Eyang Laks yang aku tinggali di Tamtaman yang berhalaman luas.

Lalu rumah yang kemudian ditinggali keluarga Arab, apa yang di Mloyosuman itu ya ? Lalu ada sosok "Si Gagap" yang juga sering kluyuran di Sanggar, yang hingga kini lenyap tak berbekas menjelang 1998, plus rada bingung ada tokoh "Bu Darmi" dan "Bu Darmini."

Buku indah untuk kembali ke tahun 1970-an.
Tetapi juga kental horor yang sulit dihapus setelah digores rejim kejam dengan peluru, bayonet,amuk massa, kegilaan, yang membuat aliran Bengawan Solo bercampur darah, di tahun 1965-an. Juga Indonesia yang ditelan Batara Kala.

Mungkin hingga kini juga.

Buku ini saya terima dari penulisnya sendiri, yang ia kirimkan dari Illinois,AS, 26 Januari 2012. Tinuk Yampolsky menulis pesan : "Buat Mas Hery, teman lama dari era Kamandungan. Salam hangat, Tinuk, Jan 14,2012."

Silakan intip resensinya di:

Candik Ala 1965: Trauma Sepanjang Riwayat

Kisah Candik Ala 1965 Dari Tinuk Yampolsky

Wonogiri, 18/3/2012