Wednesday, January 23, 2019

B.N. Wahju, Geologiwan dan Pelestari Lingkungan


DI KALANGAN masyarakat pertambangan Indonesia, nama Beni N. Wahju (selanjutnya disebut Beni Wahju), sangat dikenal lantaran kiprahnya yang tak kenal lelah memperjuangkan sektor pertambangan. Perjuangan tersebut dilandasi bahwa selama ini masyarakat hanya menilai sektor pertambangan secara parsial.

Sebagian besar masyarakat menilai industri pertambangan sebagai industri yang merusak lingkungan karena melakukan ekstraktif bahan galian yang ada di perut bumi sehingga mengubah bentang alam.

Padahal di  industri pertambangan  memiliki step atau tahapan yang pada akhirnya mengembalikan lagi lingkungan yang ditambang menjadi hijau kembali pada tahapan yang disebut dengan reklamasi lahan.

Namun Beni menyadari untuk memberi pemahaman mengenai tahapan yang dilakukan industri tambang tidak mudah, perlu waktu dan harus dilakukan secara terus menerus. Beni sangat paham untuk mengubah mindset yang ada tentang keberadaan industri pertambangan harus dilakukan dengan contoh nyata.

Apalagi ada gap mengenai lokasi, di mana industri pertambangan umumnya dilakukan di kawasan yang jauh dari pemukiman (remote area), sehingga banyak masyarakat yang tak dapat melihat secara langsung melainkan hanya melalui informasi sepihak dan sepotong-sepotong yang dilakukan pihak yang tak menyukai adanya kegiatan pertambangan.

Pemahaman Beni mengenai hal tersebut sejalan dengan visi PT INCO Indonesia (sekarang bernama PT Vale Indonesia Tbk.) --tempatnya bekerja— sehingga lebih mudah  dalam implementasinya.

Apa yang dilakukan perusahaan tambang nikel tersebut menjadi bukti nyata bahwa industri pertambangan menjunjung tinggi adanya pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Data buku : Judul : B.N. Wahju : Dari Sorowako Jadi Tokoh Pertambangan Nasional
Penulis : Ratih Poeradisastra dan Bambang Haryanto   
Penerbit : Indonesian Mining Association (IMA)
Tahun terbit : 2019.
Tebal : 408 Halaman
  
Tautan lanjut :      
Peluncuran Buku BN Wahju, Dari Sorowako jadiTokoh Pertambangan Nasional

Tuesday, January 22, 2019

Menandatangani Buku : Berbagi Kenangan dan Harapan


"Saya ingin tahu seperti apa penandatanganan buku ketika sebagian besar buku yang kita baca adalah elektronik. Akankah penulis menandatangani sesuatu yang lain? Sebuah selebaran, mungkin? Jenis kartu khusus yang dirancang untuk tujuan itu?"

Susan Orlean
Jurnalis dan penulis Amerika. Dia telah menjadi staf penulis untuk The New Yorker sejak 1992.

PS : Syukurlah, Susan. Hal yang kau kuatirkan itu belum terjadi padaku. Hotel The Ritz-Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, 21 Januari 2019.

Bambang Haryanto





Peluncuran Buku Karyaku: Biografi B.N. Wahju (Album Foto)

Hari bahagia. Perasaan seorang penulis yang kadang terasa menggelisahkan adalah menanti saat buku yang dia tulis diterbitkan. Hal itu juga menjadi bahan obrolan antara Ratih Poeradisastra dan saya, terkait dengan penulisan buku biografi tokoh pertambangan, B.N. Wahju, yang kami kerjakan secara bersama.

Ketika naskah sudah siap, diserahkan kepada penerbit, ternyata kemudian oleh sponsor dialihkan ke penerbit yang lain. Kemudian masuk pelaku baru, yaitu penyunting yang dinilai oleh penerbit  lebih mengetahui seluk-beluk dunia pertambangan, dibanding kami berdua. Keputusan yang bagus.Sangat kami hargai.

Waktu berjalan lagi. Penantian harus dijalani.

Hari kegembiraan itu toh akhirnya tiba.
Peluncuran buku B.N. Wahju : Dari Sorowako Jadi Tokoh Pertambangan Nasional (IMA, 2019), menjadi kenyataan. Pada tanggal 21 Januari 2019, bertepatan 7 tahun wafatnya sang tokoh. Peluncuran dilaksanakan di hotel The Ritz-Carlton, Mega Kuningan, Jakarta.

Terlampir beberapa foto dari acara tersebut.


Lokasi Acara. The Ritz-Carlton, Mega Kuningan, Jakarta
Panelis Diskusi Buku B.N. Wahju

Panelis diskusi  (ki-ka) : Djoko Daryanto, Emil Salim, Ny. Soffie Wahju,
Kuntoro Mangkusubroto,Tony Wenas dan Ratih Poeradisastra (penulis)


Prof. Dr. Emil Salim, yang merupakan sahabat dari B.N. Wahju berbagi cerita
mengenai visi sang tokoh dalam membangun perusahaan pertambangan
dengan memperhatikan lingkungan hidup.
Dia didampingi ibu Soffie Wahju dan Prof.Dr. Kuntoro Mangkusubroto.


 Berselfie bersama Bapak Emil Salim

Berfoto bersama Bapak Tony Wenas, Sekretaris Jenderal Indonesian Mining Association (IMA). Bagi pencinta musik, Tony adalah leader band Solid 80 dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Kampusnya bertetangga dengan kampus saya, yakni Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Buku kedua kita. Meminjam istilah bis, kami berdua, Ratih Poeradisastra dan saya ibarat bis AKAP, antarkota antarprovinsi. Ratih tinggal di Jakarta dan saya tinggal di Wonogiri. Syukurlah, difasilitasi oleh Internet, kami bisa bekerjasama dalam penulisan buku biografi ini. Sebelumnya, kami telah menulis biografi tokoh pertambangan lainnya, Soetaryo Sigit (2016).

Saturday, January 05, 2019

Guy Kawasaki : "Penginjil" Digital dari Lembah Silikon

Oleh : Bambang Haryanto


Guy Takeo Kawasaki, lahir 30 Agustus 1954, adalah spesialis pemasaran, penulis, dan pemodal ventura Silicon Valley.

Dia adalah salah satu karyawan Apple yang awalnya bertanggung jawab untuk memasarkan lini komputer Macintosh pada tahun 1984. Ia mempopulerkan kata evangelist dalam memasarkan Macintosh dan konsep evangelisme pemasaran dan evangelisme teknologi.

Surprise, tiba-tiba saya (kembali) menerima email darinya.

"Buku baru saya akan terbit pada bulan Februari. Beberapa tahun yang lalu Anda memiliki akses awal ke buku The Art of the Start 2.0 untuk meninjaunya.

Saya ingin memberikan penawaran yang sama kepada Anda untuk buku saya berikutnya, Wise Guy - Lessons from a Life.
Berikan saja informasi Anda saat ini di situs ini, dan saya akan menghubungi Anda pada pertengahan Januari dengan akses ke versi digital buku ini. Terima kasih!"

Terima kasih kembali, Guy Kawasaki, atas kepercayaanmu kepadaku.